Tuesday 31 January 2017

Cara Membuat Partisi di Windows 7

Tags
Cara Membuat Partisi di Windows 7

Kamu pastinya memiliki banyak data-data pada komputer kamu. Entah itu foto, musik, ataupun dokumen perkerjaan. Ada beberapa pilihan yang dapat kamu gunakan untuk membuat file-file tersebut tetata rapi, mulai dari membuat folder, memisahkannya dalam partisi lain, dsb. Tetapi jika ingin data tersebut terpisah dari partisi system, opsi membuat partisi baru bisa jadi pilihan. Membuat partisi data tersendiri agar tidak tercampur dengan partisi Windows juga sangat kita sarankan agar nantinya ketika ada masalah dengan Windows, kamu bisa melakukan install ulang tanpa 
Untuk itu berikut ini WinPoin berikan langkah-langkah cara membuat Partisi di Windows 7 yang mudah untuk kamu ikuti.
Pertama buka start menu lalu ketikan “Disk management“, jika sudah keluar hasilnya klik.


Setelah terbuka akan terlihat daftar semua partisi yang ada di komputer kamu. Untuk membagi partisi klik kanan pada partisi yang kamu inginkan lalu pili “Shrink Volume“.
Tunggu beberapa saat ketika sistem mengkalkulasikan size yang dapat di bagi. Kemudian kamu dapat menentukan besarnya partisi yang ingin kamu buat, misalnya disini WinPoin ingin membuat size 5GB. Jadi pada bagian form pengisian size isi dengan angka 5000 (5000MB). Setelah selesai pilih “Shrink“.
Belum selesai sampai disitu akan muncul partisi baru yang masih Unallocated. Untuk bisa menggunakannya klik kanan lalu pilih “New Simple Volume“.
Lalu akan muncul Wizard pertama, pilih Next saja.
Setelah itu tentukan Volume yang diingikan pada partisi ini. Secara default form akan terisi jumlah maksimum volume, kamu bisa mengganti angkanya atau membiarkannya. Setelah selesai pilih Next.
Kemudian tahap selanjutnya adalah menentukan Drive letter atau path. Pilih Assign the following drive letter, setelah itu pilih menu dropdown untuk menentukan huruf yang diinginkan pada partisi baru nantinya. Setelah selesai memilih pilih Next.

Lalu agar bisa menggunakan partisi ini harus diformat terlebih dahulu. Dan sebelum memformatnya kamu bisa tentukan jenis File system, allocation unit size dan nama dari partisi tersebut. Dan pastikan kamu mencentang “Perform a Quick format” agar proses bisa lebih cepat. Jika sudah pilih Next.
Terakhir untuk rekap lagi apa yang sudah kamu setting sebelumnya, akan muncul sebuah window konfirmasi. Jika ada settingan yang ingin kamu ganti kamu bisa pilih Back, tetapi jika sudah benar pilih Finish.

Dan dengan begitu maka akan muncul Partisi baru. Kamu juga dapat langsung memindahkan data-data pada partisi sebelumnya ke partisi baru.
lalu buka my computer anda dan lihat asilnya

Nah itulah cara untuk membuat partisi di Windows 7. Mudah sekali bukan? Jika ada pertanyaan seputar cara membuat partisi ini kamu bisa langsung bertanya di abcdstibalsgr.blogspot.com. Sampai disini dulu semoga brmanfaat ya sobat


Monday 30 January 2017

Materi Barisan dan Deret Aritmatika Terlengkap

Tags

Rumus matematika –Pada pembahasan rumus matematika kali ini, kita akan mempelajari sebuah materi yang bisa dibilang gampang-gampang susah yaitu materi barisan dan deret aritmatika. Disini saya akan mengawali pembahasan dengan memberikan pengertian mengenai barisan dan deret aritmatika, barulah setelah itu saya akan mengajak kalian untuk memahami cara mengaplikasikan rumus-rumus tersebut. Saya berharap setelah kalian mempelajari materi ini, kalian akan mampu menjawab soal-soal yang berkenaan dengan barisan dan deret aritmatika dengan lebih tangkas dan cepat. Oleh karenanya, perhatikan setiap penjelasan di bawah ini dengan fokus dan penuh konsentrasi.


Pembahasan Materi Barisan dan Deret Aritmatika Terlengkap 


Pengertian Barisan Aritmatika

Sebelum memahami pengertian barisan aritmatika kita harus mengetahui terlebih dahulumengenai pengertian basiran bilangan. Barisan bilangan merupakan sebuah urutan dari bilangan yang dibentuk dengan berdasarkan kepada aturan-aturan tertentu. Edangkan barisan aritmetika dapat didefinisikan sebagai suatu barisan bilangan yang tiap-tiap pasangan suku yang berurutan mengandung nilai selisih yang sama persis, contohnya adalah barisan bilangan: 2, 4 , 6, 8, 10, 12, 14, ...

Barisan bilangan tersebut dapat disebut sebagai barisana aritmatika karena masing-masing suku memiliki selisih yang sama yaitu 2. Nilai selisih yang muncul pada barisan aritmatika biasa dilambangkan dengan menggunakan huruf b. Setiap bilangan yang membentuk urutan suatu barisan aritmatika disebut dengan suku. Suku ke n dari sebuah barisan aritmatika dapat disimbolkan dengan lambang Unjadi untuk menuliskan suku ke 3 dari sebuah barisan kita dapat menulis U3. Namun, ada pengecualian khusus untuk suku pertama di dalam sebuah barisan bilangan, suku pertama disimbolkan dengan menggunakan huruf a.

Maka, secara umum suatu barian aritmatika memiliki bentuk :

U1,U2,U3,U4,U5,...Un-1
a, atb, a+2b, a+3b, a+4b,...a+(n-1)b


Cara Menentukan Rumus suku ke-n dari Sebuah Barisan
Pada barisan aritmatika, mencaru rumus suku ke-n menjadi lebih mudah karena memiliki nilai selisih yang sama, sehingga rumusnya adalah:

U2 = a + b
U3 = u2 + b = (a + b)  + b = a + 2b
U4 = u3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b
U5 = u4 + b = (a + 3b) + b = a + 4b
U6 = u5 + b = (a + 4b) + b = a + 5b
U7 = u6 + b = (a + 5b) + b = a + 6b
.
.
.
U68 = u67+b = (a + 66b) + b = a + 67b
U87 = u86+b = (a + 85b) + b = a + 86b

Berdasarkan kepada pola urutan diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa rumus ke-n dari sebuah barisan aritmatika adalah:

Un = a + (n – 1)b dimana n merupakan bilangan asli


Pengertian Deret Aritmatika

Deret aritmatika dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan dari anggota barisan aritmatika yang dihitung secara berurutan. Sebagai contoh kita ambil sebuah barisan aritmatika 8,12,16,20,24 maka deret aritmatikanya adalah 8+12+16+20+24

Untuk menghitung deret aritmatika tersebut masih terbilang mudah kaerna jumlah sukunya masih sedikit:

8+12+16+20+24 = 80

Namun, bayangkan jika deret aritmatika tersebut terdiri dari ratusan suku, tentu akan sulit untuk menghitungnya, bukan? Oleh karenanya, kita harus mengetahui rumus untuk menghitung jumlah deret aritmatika. Rumus yang biasa digunakan adalah:

Sn = (a + Un) × n : 2

Sebelumnya kita sudah mengetahui rumus untuk menghitung Un, maka rumus tersebut dapat dimodifikasi menjadi:

Sn = (a + a + (n – 1)b) × n : 2


Sisipan pada Deret Aritmatika

Sisipan pada deret aritmatika dapat diperoleh dengan cara menambahkan deret kecil aritmatika lainnya diantara dua buah suku yang berurutan di dalam sebuah deret aritmatika. Untuk memahaminya dengan lebih mudah perhatikan saja contoh berikut ini:

Deret aritmatika awal: 2+8+14+20+26+32
Deret aritmatika setelah diberi sisipan: 2+4+6+8+10+12+14++16+18+20+22+24+26+28+30+32

Nilai selisih pada deret aritmatika yang telah diberi sisipan (b1) dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

b1 = b/(k+1)

b1 = selisih pada deret yang telah diberi sisipan
b  = selisih pada deret aritmatika awal
k  = banyaknya bilangan yang disisipkan

sebagai contoh untuk menghitung selisih deret baru pada deret aritmatika yang telah saya tuliskan diatas adalah:

Deret awal: 2+8+14+20+26+32
Deret baru: 2+4+6+8+10+12+14++16+18+20+22+24+26+28+30+32

Rumus: b1 = b/(k+1)

Diketahui:

b = 8 – 2 = 6
k = 2

Maka:
b1 = 6/(2+1)
b1 = 6/3
b1 = 2


Demikianlah penjelasan mengenai pengertian barisan dan deret aritmatika. Sebenarnya materi ini tidak terlalu sulit untuk dipelajari, kita hanya harus lebih teliti dan berhati-hati dalam menghitung setiap suku yang ada agar hasilnya menjadi benar. Untuk memperdalam pemahaman mengenai barisan dan deret aritmatika, sebaiknya kalian terus berlatih dengan mencoba memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan materi di atas.

Metode Persediaan fifo,lifo&rata-rata bergerak

Tags

  1. Sistem Periodik 

Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang akhir periode diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuan. Harga satuan barang yang digunakan sebagai dasar penilaian persediaan bergantung kepada metode penilaian yang digunakan. Metode yang digunakan dalam sistem periodik antara lain:
a.      Metode tanda pengenalan khusus
Metode ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang spesifik dan spesial yang menjual jenis barang sedikit dan harga mahal (Berlian, Mobil termewah). Setiap barang yang masuk diberi tanda pengenal khusus yang menunjukkan harga satuan sesuai dengan faktur pembelian yang diterima.
Contoh: Terdapat persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @ 100kg. Tanda pengenal khusus:
40           Karung tanda pengenal khusus           Rp 2.800.000
30           Karung tanda pengenal khusus           Rp 2.600.000
5             Karung tanda pengenal khusus           Rp 2.400.0000
40 x Rp 2.800.000           = Rp 112.000.000
30 x Rp 2.600.000           = Rp   78.000.000
5 x Rp 2.400.000             = Rp   12.000.000
Total persediaan akhir                                     Rp 202.000.000
b.      Metode Rata-Rata
Cara penghitungan metode ini adalah dengan menghitung rata-rata dari harga beli dengan jumlah yang dibeli selama periode tertentu.
Contoh:
Selama suatu periode PT. X membeli barang dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit. Pada akhir periode, sisa barang dagang tersebut sebanyak 7.500 unit.
Harga rata-rata =     = Rp 2.460
Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode yaitu 7.500 unit x Rp 2.460
Yaitu Rp 18.450.000

c.       Metode FIFO
Menurut metode FIFO (First In Frist Out) atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang lebih dulu masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Tetapi hal ini tidak pada keadaan sebenarnya, anggapan tersebut hanya digunakan untuk perhitungan (penggunaan bukti transaksi). Ketika masuk pertama keluar pertama, berati dapat disimpulkan bahwa persediaan akhir terdiri dari pembelian pada saat-saat terakhir.
Contoh: pembelian selama bulan maret
Maret 1    Persediaan       6000 unit @ 2000 = Rp 12.000.000,-
   5   pembelian        6000 unit @ 2200 = Rp 13.200.000,-
10   pembelian        5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,-
15   pembelian        8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,-
20   pembelian        4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,-
26   pembelian        6000 unit @ 2600 = Rp 15.600.000,-
30   pembelian        5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,-
Barang yang tersedia
dijual bulan maret     40.000 unit                  Rp 98.400.000,-
Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak 7.500 unit.
Sehingga perhitungan menggunakan FIFO:
Maret       30        5000 x 2.800   = Rp 14.000.000,-
         26        2.500 x 2.600  = Rp   6.500.000,-
                      Total                                                      Rp 20.500.000,-

d.      Metode LIFO
Menurut metode LIFO (Last In First Out) atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan akhir merupakan nilai pada pembelian awal.
Contoh (Menggunakan data FIFO)
Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung:
Maret          1          6000 x 2.000   = Rp 12.000.000,-
                          5          1500 x 2.200   = Rp   3.300.000,-
                                      Total                                                    Rp 15.300.000,-

e.       Metode Persediaan Dasar
Adakalanya perusahaan menetapkan jumlah minimum persediaan yang harus ada setiap saat, baik mengenai kuantitas maupun harga satuan, atau sering disebut dengan persediaan dasar (Basic Stock). Menurut metode ini, nilai persediaan barang akhir periode  dihitung :
                                         i.      Apabila kuantitas lebih banyak dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar ditambah dengan harga pasar kelebihannya.
                                       ii.      Apabila kuantitas lebih rendah dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar dikurangi dengan harga pasar kekurangannya.
Contoh:
Persediaan dasar barang ABC ditentukan sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00 tiap kg.  Harga pasar barang pada saat perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg dinilai :
Sediaan dasar      6000 x 2.200               13.200.000
Ditambah kelebihannya
1500 x 2.800                                              4.200.000
                 Jumlah                                     17.400.000
Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual ini berbeda dengan sistem periodik. Pencatatan persediaan pada sistem ini dilakukan setiap terjadi transaksi, jadi penilaian persediaan pada sistem ini bukan mencari persediaan akhir seperti halnya sistem periodik. Dalam hal sistem perpetual penilaian ini digunakan untuk mencari total persediaan yang keluar sesuai harga beli atau disebut dengan harga pokok penjualan. Biasanya untuk memudahkan, perhitungan HPP ini dilakukan dengan pembuatan Kartu Persediaan.
Contoh :
Mei      1          Persediaan       120 unit @ 54.000      = Rp 6.480.000,-
            5          Pembelian        180 unit @ 60.000      = Rp 10.800.000,-
            10        Penjualan         200 unit
            16        pembelian        200 unit @ 63.000      = Rp 12.600.000,-
            20        Pembelian        120 unit @ 64.000      = Rp 7.680.000,-
            26        Penjualan         280 unit

a.      Metode FIFO
Menurut metode ini harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu. kekurangan diambil dari barang masuk berikutnya, begitu seterusnya.
Sehingga menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu:
·         Mei      10        Penjualan  200 unit
Dihitung dari :
Mei            1          120 x 54.000   =          6.480.000
                  5          80 x 60.000    =          4.800.000
                                    Jumlah                                                              Rp 11.280.000
·         Mei 26             Penjualan 280
Dihitung dari:
Mei            5          100 x 60.000   =          6.000.000
                  16        180 x 63.000   =        11.340.000
                  Jumlah                                                             Rp 17.340.000
           
Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO:
HPP           Mei 10             Rp 11.280.000
HPP           Mei 26             Rp 17.340.000
Total HPP                                                 Rp 28.620.000



Perhitungan Persediaan metode FIFO  menggunakan Kartu Persediaan
PT. ABC
KARTU PERSEDIAAN
Jenis Barang : XX
Satuan           : Unit
Metode          : FIFO



Masuk
Keluar
Saldo
Tgl
No. Bkt
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
2004










Mei.1
Sld
-
-
-
-
-
-
120
54.000
6.480.000
      5

180
60.000
10.800.000
-
-
-
120
54.000
6480.000








180
60.000
10.800.000
10

-
-
-
120
54.000
6.480.000





-
-
-
80
60.000
4.800.000
100
60.000
6.000.000
16

200
63.000
12.600.000
-
-
-
100
60.000
6.000.000








200
63.000
12.600.000
20

120
64.000
7.680.000
-
-
-
100
60.000
6.000.000








200
63.000
12.600.000








120
64.000
7.680.000
26

-
-
-
100
60.000
6.000.000
20
63.000
1.260.000





180
63.000
11.340.000
120
64.000
7.680.000
31
Sld
500
-
31.080.000
480
-
28.620.000
140
-
8.940.000

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode                     120 unit           Rp   6.480.000,00
Total Pembelian selama bulan mei      500 unit           Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual                             620 unit           Rp 37.560.000,00
Total HPP selama bulan mei                                                  (480 unit)        (Rp 28.620.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode                                   140 unit          Rp   8.940.000,00

b.      Metode LIFO
Menurut metode LIFO (MTKP), harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu. kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya. Sehingga dari contoh diatas, dapat kita hitung HPP menurut metode LIFO :
Mei      10        Penjualan  200 unit
Dihitung dari :
Mei      5          180 x 60.000   =          10.800.000
            1          20 x 54.000    =            1.080.000
                                    Jumlah                                                 Rp 11.880.000
Mei 26  Penjualan 280
Dihitung dari:
Mei      20        120 x 64.000   =          7.680.000
            16        160 x 63.000   =        10.080.000
                        Jumlah                                                 17.760.000
Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO:
HPP     Mei 10             Rp 11.880.000
HPP     Mei 26             Rp 17.760.000
Total HPP                                                       29.640.000

Perhitungan Persediaan metode FIFO  menggunakan Kartu Persediaan
PT. ABC
KARTU PERSEDIAAN
Jenis Barang : XX
Satuan           : Unit
Metode          : LIFO



Masuk
Keluar
Saldo
Tgl
No. Bkt
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
2004










Mei.1
Sld
-
-
-
-
-
-
120
54.000
6.480.000
      5

180
60.000
10.800.000
-
-
-
120
54.000
6480.000








180
60.000
10.800.000
10

-
-
-
180
60.000
10.840.000





-
-
-
20
54.000
1.080.000
100
54.000
5.400.000
16

200
63.000
12.600.000
-
-
-
100
54.000
5.400.000








200
63.000
12.600.000
20

120
64.000
7.680.000
-
-
-
100
54.000
5.400.000








200
63.000
12.600.000








120
64.000
7.680.000
26

-
-
-
120
64.000
7.680.000
100
54.000
5.400.000





160
63.000
10.080.000
40
63.000
2.520.000
31
Sld
500
-
31.080.000
480
-
29.640.000
140
-
7.920.000

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode                     120 unit           Rp   6.480.000,00
Total Pembelian selama bulan mei      500 unit           Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual                 620 unit           Rp 37.560.000,00
Total HPP selama bulan mei                                      (480 unit)        (Rp 29.640.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode                                   140 unit          Rp   7.920.000,00

c.       Metode Rata-Rata
Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata bergerak (Moving Average Method). Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan barang harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan berubah-ubah. Harga pokok satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata yang berlaku pada saat terjadi transaksi penjualan.
Sehingga menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu:
·         Mei      10        Penjualan  200 unit
Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu:
Sediaan     1 Mei   120 x 54.000   =            6.480.000
Pembelian  5 Mei   180 x 60.000   =          10.800.000
      Jumlah             300 unit                                               17.280.000

HP rata-rata/unit =  = Rp 57.600
Jadi, Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp 11.520.000
·         HP Rata-rata 16 Mei menjadi:

 = Rp 61.200
Begitu selanjutnya, perhitungan HP rata-rata dilakukan setiap terjadi pembelian.

Perhitungan Persediaan metode rata-rata (Average)  menggunakan Kartu Persediaan
PT. ABC
KARTU PERSEDIAAN
Jenis Barang : XX
Satuan           : Unit
Metode          : Average



Masuk
Keluar
Saldo
Tgl
No. Bkt
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
Unit
HP (Rp)
Jumlah
2004










Mei.1
Sld
-
-
-
-
-
-
120
54.000
6.480.000
      5

180
60.000
10.800.000
-
-
-
300
57.600
17.280.000
10

-
-
-
200
57.600
11.520.000
100
57.600
5.760.000
16

200
63.000
12.600.000
-
-
-
300
61.200
18.360.000
20

120
64.000
7.680.000
-
-
-
420
62.000
26.040.000
26

-
-
-
280
62.00
17.360.000
140
62.000
8.680.000
31
sld
500
-
31.080.000
480
-
28.880.000
140
62.000
8.680.000

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode                     120 unit           Rp   6.480.000,00
Total Pembelian selama bulan mei      500 unit           Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual                             620 unit           Rp 37.560.000,00
Total HPP selama bulan mei                                                  (480 unit)        (Rp 28.880.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode                                   140 unit          Rp   8.680.000,00